MAKALAH
“Konsep
Dasar Pendidikan Karakter dan Manajemen Pendidikan Karakter sebagai Sistem Ilmu”
Untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Karakter
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. H. Sanusi Uwes,
M.Pd.
H. Amirulloh
Syarbini, M. Ag.
Disusun
oleh :
Kelompok
I
Mela
Amaliani
Mohamad
Faisal Fahmi
Sinta
Setiani
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANDUNG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur dengan tulus dipersembahkan kehadirat Allah SWT . Dialah
Tuhan yang menurunkan agama melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasul
pilihan-Nya, Nabi Muhammad SAW. Melalui agama ini terbentang luas jalan lurus yang
dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
Agama yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW, kian hari
terasa semakin dibutuhkan oleh umat manusia yang mendambakan kehidupan yang
tertib, aman dan damai.
Namun bersamaan dengan itu pada setiap pundak kaum Muslimin terdapat
tugas suci untuk menyampaikan risalah Nabi Muhammad SAW. Itu kepada generasi
berikutnya hingga akhir zaman. Menyampaikan risalah tersebut dapat dilakukan
melalui lisan, tulisan, perbuatan.
Ketidak sempurnaan maupun kekeliruan yang mungkin dijumpai dalam makalah
ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Untuk itu
tegur sapa yang sifatnya membangun dari siapapun datangnya, menurut penulis
merupakan hal yang esensial. Bukan saja untuk mendekati kesempurnaan dan
meniadakan kesalahan, namun yang lebih penting dapat menjadi pendorong kuat
bagi penulis guna mengembangkan potensi keingin tahuan, keluasan wawasan
berfikir, dan diharapkan akan lebih memperkokoh akar kearifan,
Akhirnya, semoga Makalah ini bermanfaat, dan hanya kepada Allah SWT
jualah penulis berserah diri dan mengembalikan segalanya.
Bandung, Febuari 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Akhir-akhir ini, semakin
marak kasus-kasus yang sejatinya bersimpangan dengan nilai-nilai agama, budaya
dan falsafah bangsa. Hal ini menimbulkan banyak kerisauan dan kekhawatiran akan
indonesia di masa yang akan datang, apakah menjadi negeri yang amoral yang
tentunya bukan jati diri dari bangsa indonesia.
Tidak sedikit kita
mendengar dan menyaksikan kasus-kasus asusiala (pelecehan seksual, Pemerkosaan,
seks bebas, peredaran foto dan video porno), penyalah gunaan narkoba,
pembunuhan, pertengkaran/ bentrokan, korupsi, kolusi dan nepotisme. Serta yang sangat miris, hal-hal tersebut terjadi di
kalangan pejabat (elit politik) dan praktisi pendidikan seperti pelecehan
seksual yang dilakukan oleh seorang guru terhadap muridnya, hal ini merupakan
indikasi dekadensi moral di indonesia ini. Berdasarkan indeks persepsi korupsi
(IPK), yang dikutip oleh Amirulloh Syarbini (2012), praktik korupsi di
indonesia tahun 2009 naik menjadi 2,8% dari 2,6% pada tahun 2008. Dan hal
tersebut mengantarkan indonesia pada urutan 111 dari 180 negara yang disurvei
IPK-Nya oleh Tranparancy International. Direktur Remaja dan perlindungan
Hak-hak Reproduksi BKKBN, M.Masri Muadz, Mengatakan bahwa 63% remaja Indonesia
pernah melakukan seks bebas. Sedangkan remaja korban narkoba di Indonesia ada
1,1 juta orang atau 3,9% dari total jumlah korban. Selain itu berdasarkan data
yang diperoleh dari pusat pengendalian gangguan sosial DKI Jakarta, bahwa
pelajar SD, SMP, dan SMA, yang terlibat tawuran mencapai 0,8% atau sekitar
1.318 siswa dari total 1.645.835 siswa di DKI jakarta.[1]
Hal tersebut tidak bisa dipungkiri
bahwa mulai menghilangnya nilai-nilai kebikan dari manusia itu sendiri, seperti yang di katakan Ary Ginanjar dalam Hari Gunawan, karakter
dasar yakni; jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli dan
kerjasama.[2]
Oleh karenanya perlu adanya upaya untuk menanamkan dan menjadikan nilai-nilai luhur tersebut kembali menjadi
karakter bangsa. Salah satu upayanya yaitu penerapan pendidikan karakter yang
baru-baru ini mencuat sekitar pada tahun 2005-an hal tersebut secara implisit
ditegaskan dalam RPJPN.
Pada makalah ini penulis
mencoba untuk membahas mengenai kosep pendidikan karakter tersebut, dan untuk
mengarahkan penyusunan maka di di buat rumusan masalah.
2.
Rumusan masalah
a.
Apa pengertian pendidikan karakter?
b.
Apa pentingnya
pendidikan karakter?
c.
Apa tujuan pendidikan karakter?
d.
Apa definisi
Manajemen Pendidikan Karakter?
e.
Bagaimana Ruang lingkup Manajemen Pendidikan
Karakter?
f.
Apa Manfaat Manajemen Pendidikan Karakter?
3.
Tujuan
a.
Menjelaskan pengertian pendidikan karakter
b.
Menjelaskan pentingnya pendidikan karakter
c.
Menjelaskan pendidikan karakter
d.
Menjelaskan definisi pendidikan karakter
e.
Menjelaskan ruanglingkup manajemen pendidikan
karakter
f.
Menjelaskan manfaat manajemen pendidikan karakter
BAB
II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
KARAKTER
A.
Pengertian
Pendidikan Karakter
Menurut poerwadarminta dalam Amirulloh
Syarbini (2012) Secara etimologis, kata karakter mempunyai arti tabiat, watak,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seserang dengan
orang lain.
Menurut Martin H. Manser dalam Amirulloh
Syarbini (2012) kata karakter berasal dari bahasa inggris Character yang
mempunyai arti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang
membedakan seseorang dengan orang lain.
Dan secara terminologi, menurut Doni
Kusuma dalam Amirulloh Syarbini (2012), bahwa karakter sering diasosiasikan
dengan tempramen yang memberinya definisi yang menentukan unsur psikososial
yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Dalam kamus sosiologi, istilah karakter
menurut sunarta (2011) dalam Amirulloh Syarbini (2012) adalah ciri khusus dari
struktur dasar kepribadian seseorang (watak).
Menurut Endang Sumantri (2011) dalam Amirulloh
Syarbini (2012) kata kata karakter dapat dilacak dari kata latin kharakter,
kharassein dan kharax, yang maknanya tools for making, to engrave, dan pointed
stake. Dan kemudian banyak digunakan dalam bahasa prancis pada abad ke-14 yaitu
character dan kemudian masuk kedalam bahas inggris menjadi ‘character’ sebelum
akhirnya menjadi bahasa Indonesia “Karakter”.
Menurut Waynne (2007) dalam Amirulloh
Syarbini (2012) bahwa kata karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti to
mark (menendai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Sehingga istilah karate erat kaitannya dengan personality (kepribadian)
seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter jika tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral.
Menurut Alport seorang tokoh psikologi
Amerika dalam Amirulloh Syarbini (2012) mendefinisikan bahwa karakter sebagai
penentu bahwa seseorang sebagai pribadi.
Menurut Freud dalam Amirulloh Syarbini
(2012), Character is striving system which underly behavior.
Menurut Philips dalam Amirulloh Syarbini
(2012) karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistim, yang
melandasi pemikiran sikap dan perilaku yang ditampilkan.
Menurut Ahmad Tafsir dalam Amirulloh
Syarbini (2012), menganggap bahwa karakter lebih dekat atau sama dengan akhlak
, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu
dalam diri manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Menurut Amirulloh Syarbini (2012) dalam
bukunya yang berjudul “buku pintar pendidikan karakter” menyebutkan bahwa karakter adalah sifat yang mantap,
stabil dan khusus yang melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya bersikap
dan bertindak secara spontan, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan tanpa
memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
Berdasarkan
dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakter
adalah suatu sikap yang melekat dan cerminan khas seseorang yang dihasilkan
dari pengalaman dan keyakinannya, sehingga membuatnya bersikap dan bertindak
secara spontan, tanpa adanya pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.
Istilah pendidikan karakter pertama kali
muncul atau mulai dikenalkan sejak tahun 1990-an. Dan tokoh pengusung adanya pendidikan
karakter adalah Thomas lickona, trebukti ketika ia menulis buku yang berjudul
“The return of Character education” kemudian disusul dengan buku lainnya yang
berjudul “Education Character: How our School can Teach Respect and
responsibility (1991).
Sedangkan di Indonesia sendiri istilah
pendidikan karakter mulai diperkenalkan sekitar tahun 2005-an. Hal itu secara
implicit ditegaskan dalam rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN)
tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter di tempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan Nasional, yaitu” mewujudkan masyarakat berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah
pancasila.”
Pengertian pendidikan karakter Dalam
Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010), disebutkan bahwa pendidikan
karakter adalah pendidikan nilai[3],
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Sehingga pendidikan karakter bukan hanya
sebatas pada trsnformasi ilmu atau pengetahuan tentang kebaikan akan tetapi
pendidikan karakter itu sebagai upaya untuk menanamkan kebiasaan tentang
hal-hal yang baik.
Menurut Thomas Lickona (1991) dalam Heri
Gunawan (2012), pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk
kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat
dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dsb.
Menurut Elkin dan Sweet (2004) yang
dikutip Heri Gunawan (2012) pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja
untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila.
Sedangkan menurut Heri Gunawan (2012) pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Menurut Megawangi dalam Amirulloh Syarbini
(2012) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya.
Menurut fakhry Gaffar (2010) dalam Amirulloh
Syarbini (2012), menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang, sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Menurut Amirulloh Syarbini (2012),
pendidikan Karakter Adalah bukan jenis mata pelajaran seperti PAI, PMP
(pendidikan Moral Pancasila) atau lainnya, tapi merupakan proses internalisasi
atau penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik agar mereka memiliki
karakter yang baik (good Character) sesuai dengan nilai-nilai yang dirujuk,
baik dari agama, budaya, maupun falsafah bangsa.
Dan inti pendidikan karakter bukanlah
sekedar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang mana yang baik dan
mana yang buruk. Namun lebih dari itu pendidikan karakter adalah proses
menanamkan (internalisasi) nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui
metode dan strategi yang tepat.[4]
Pendidikan karakter yang merupakan
salah satu proiritas penegmbangan nasional 2010, selaras dengan tujuan
pendidikan Nasional, pendidikan karakter yang di harapkan bukanlah subjek yang
berdiri sendiri atau nilai yang diajarkan, namun lebih merupakan upaya
penanaman nila-nilai melalui mata pelajaran secara terintegrasi.[5]
Atas pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya internalisasi nilai-nilai
luhur[6],
khususnya kepada peserta didik sebagai upaya untuk melahirkan generasi yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME yang tercermin dalam perilaku yang sesuai
dengan aturan, norma, agama dan budaya.
- Urgensi
Pendidikan Karakter
Menurut Thomas Lickona (1990) dalam Amirulloh
Syarbini (2012), urgensi pendidikan karakter diantaranya:
1. Banyak generasi muda yang saling melukai
karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral,
2. Memberikan nilai-nilai moral pada
generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama,
3. Peran sekolah sebagai pendidik karakter
menjadi semakin penting ketika banyak anak memperoleh sedikit pengajaran moral
dan orang tua, masyarakat, atau lembaga
keagamaan,
4. Adanya nilai-nilai moral yang secara
universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaa, rasa hormat, dan
tanggung jawab,
5. Demokrasi memiliki kebutuhan khusus
untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, oleh, dan
untuk masyarakat,
6. Tidak ada suatu pendidikan bebas nilai,
pengajaran nilai –nilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain.
7. Komitmen pada pendidikan karakter
penting manakala kita mau dan terus jadi guru yang baik, dan
8. Pendidikan yang efektif membuat sekolah
lebih beradab, peduli pada masyarakat dan mengacu pada perfonmance akademik
yang meningkat.[7]
Menurut Amirulloh Syarbini (2012), bahwa
urgensi pendidikan karakter adalah sejatinya memberikan motivasi serta
pencerahan bagi pemerintah, para pendidik, insane akademik serta stekholders
pendidikan pada umumnya untuk segera sadar dan bangkit berupaya mencari solusi
agar pendidikan karakter ini dapat diimplementasikan dengan segera di
sekolah/madrasah dan juga dirumah.
Dan menurut Mahatma Gandhi yang dikutip
oleh Wiratman dalam Amirulloh Syarbini (2012) menyatakan salah satu dosa fatal dari proses pendidikan
adalah pendidikan tanpa karakter (education without Character). Menurut marthin
luthet king menyatakan intelligence plus character that is the goal of the true
education (kecerdasan plus karakter adalah tujuan akhir pendidikan yang
sebenarnya).
Theodeore Rosevhelt berpendapat, to education
person in mind and nation morals is to educate a manace to society (mendidik
seseorang dalam aspek kecerdasan otak
dan bukan moral adalah ancaman berbahaya pada masyarakat). Dan
pendidikan karakter diyakini sebagai aspek penting dalam peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia, karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa.[8]
- Tujuan
Pendidikan Karakter
Menurut Daharma, dkk (2011) dalam Amirulloh
Syarbini (2012), tujuan penting pendidikan karakter adalah memfasilitasi
pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah
(setelah lulus dari sekolah).
Para ahli
membagi tujuan pendidikan karakter pada dua bagian:
1. Tujuan pendidikan karakter bagi peserta
didik, mendorong tercapainya keberhasilan belajar peserta didik, serta
bertujuan untuk mendewasakan peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap
nilai-nilai moral yang paripurna, serta seimbang antara kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual.
2. Tujuan pendidikan karakter bagi
pendidik/ guru, diharapkan menjadi sebuah primer efek, yang dapat memberi serta
menjadikan dirinya suri tauladan bagi semua lingkungan sekolah, terutama kepada
siswa/peserta didik, sehingga guru memilki profesionalisme serta tanggung jawab
penuh untuk membangun peradaban bangsa melalui lembaga pendidikan.[9]
Menurut Ramli (2003) yang dikutip oleh
Hari gunawan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik
bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Dengan demikian tujuan adanya dan
diselenggarakannya pendidikan karakter sebagi upaya untuk menjadikan manusia
Indonesia khususnya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang mempunyai akhlak mulia serta memilki tanggung jawab yang tinggi dalam
mengarungi bahtera kehidupan.
Pendidikan
karakter berfungsi:
1. Menegembangkan potensi dasar agar
berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik
2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa
yang multikultural
3. Meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia
MANAJEMEN PENDIDIKAN
KARAKTER SEBAGAI SISTEM ILMU
- Makna
Manajemen Pendidikan karakter
Menurut Stoner(1992) dalam Engkoswara
dan Aan Komariah (2012) Manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan.
Menurut Goerge R. Terry (1996) dalam
Engkoswara dan Aan Komariah (2012) mendefinisikan “ manajemen suatu proses yang
jelas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan pengorganisasian, penggerakan
dan pengendalian yang dilaksanakan untuk menentukan serta melaksanakan
sasaran/tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber daya dan
sumber-sumber lainnya.
Berdasarkan pada dua asumsi di atas
mengenai manajemen, sehingga jika ditarik kepada pengertian manajemen
pendidikan karakter adalah suatu proses yang jelas dan kontinyu yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengewasan atau evaluasi
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan karakter yaitu; membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleran, gotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.[10]
- Cakupan/
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Karakter
Ruang lingkup manajemen pendidikan
karakter pada dasarnya sama dengan ruang lingkup pendidikan itu sendiri, atau
meliputi dari komponen-komponen pendidikan yaitu, tujuan, Kurikulum, Pendidik,
Peserta didik, Metode, Alat, Pembiayaan, Program dan Evaluasi pendidikan. Dalam
komponen-komponen tersebut upaya penanaman nilai-nilai atau pendidikan karakter
berproses sehingga dengan di Menej upaya internalisasi nilai-nilai luhur dapat
terealisasi dan tercapai. Dan perlu di tekankan bahwa pendidikan karakter bukan
berbentuk kurikulum semata dalam artian berbentuk mata pelajaran atau proses
menghapal materi mengenai nilai, akan tetapi berbentuk pembiasaan untuk berbuat
baik, berlaku atau menerapkan nilai-nilai luhur dalam setiap aspek dan kegiatan
sehari-hari. Yang tentunya lembaga pendidikan sebagai ikon untuk memahamkkan “knowing the good, loving the good, acting
the good”.
Ruang lingkup dari pendidikan karakter menurut H. Amirulloh
Syarbini, M. Ag diantaranya:
1) Olah pikir (cerdas, inovatif, kritis,
ingin tahu, dll)
2) Olah Fisik ( Bersih, Sehat, disiplin )
3) Olah Rasa ( Ramah, Saling Menghargai)
4) Olah Hati ( Beriman, Bertaqwa, Jujur, Amanah
dan Adil)
- Manfaat
manajemen Pendidikan Karakter
Manfaat dilakukannya Manajemen
Pendidikan Karakter adalah agar pelaksanaan penanama/internalisasi nilai-nilai
luhur terencana secara sistematis dan dapat di evaluasi secara tepat, sehingga
mencapai tujuan dari pandidikan karakter itu sendiri sebagaimana yang telah di jelaskan di atas,
secara efektif dan efisien.
G. Manajemen Pendidikan Karakter Sebagai
Sistem Ilmu
Menurut Johnson, Kast dan Rosenzwig (1973) dalam Engkoswara
dan Aan Komariah (2012)mengemukakan bahwa “System is an organized or complex
whole, an assemblage or combination of things or parts forming a complex or
unitary whole,” dari pengetian ini jelas bahwa yang disebut sistem ditandai
oleh adanya kesatuan yang terorganisasi atau oleh adanya himpunan atau
kombinasi dari bagian-bagian yang kompleks yang menyatu.
Atau Suatu komponen-komponen yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan
saling mempengaruhi satu sama yang lainnya.
Sehingga manajemen pendidikan karakter sebagai ilmu mempunyai arti bahwa manajemen
pendidikan karakter merupakan kesatuan dari berbagai ilmu yang satu sama
lainnya mempunyai keterkaitan dan saling mempengaruhi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
karakter adalah suatu sikap yang melekat dan cerminan khas seseorang yang
dihasilkan dari pengalaman dan keyakinannya, sehingga membuatnya bersikap dan
bertindak secara spontan, tanpa adanya pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.
pendidikan karakter adalah upaya internalisasi nilai-nilai luhur ,
khususnya kepada peserta didik sebagai upaya untuk melahirkan generasi yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME yang tercermin dalam perilaku yang sesuai
dengan aturan, norma, agama dan budaya.
Pendidikan karakter perlu adanya, karena belakangan ini makin marak nya
kasus-kasus amoral yang seyogyinya, itu merupakan adanya ketidak beresan dalam
poses pendidikan yang terindikasi hanya kognitif semata upaya penegmbangan
potensinya, sehingga menjadikan lulusan yang
pintar kognitif dan hampa akan nilai-nilai kebaikan.
Tujuan adanya dan diselenggarakannya pendidikan karakter sebagi upaya
untuk menjadikan manusia Indonesia khususnya manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai akhlak mulia serta memilki tanggung
jawab yang tinggi dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Manajemen pendidikan karakter adalah suatu proses yang jelas dan kontinyu
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengewasan
atau evaluasi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan karakter yaitu; membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleran, gotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan Pancasila.
DAFTAR
PUSTAKA
Amirulloh
Syarbini. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter. Bandung: as@-prima
pustaka.
Heri Gunawan.
2012. Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasi. Bandung. Alfabeta.
Engkoswara dan
Aan komariah. 2012. Administrasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta
Susilawati. Karakter
religius Pembelajaran IPA. Dalam jurnal Media Pendidikan FTk UIN SGd
Bandung.volume: XXVVII, Nomor 1, 2012/1433
[1] Amirulloh Syarbini. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter.
Bandung: as@-prima pustaka. Hal 8
[2] Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasi.
Bandung. Alfabeta. Hal 32
[3] Nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada
sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaiman seseorang sepatutnya, atau tidak
sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang
tidak berharga untuk dicapai. (Djahiri.1978) dalam Heri Gunawan. 2012. Pendidikan
Karakter; Konsep dan Implementasi. Bandung. Alfabeta. Hal 31
[4] Amirulloh Syarbini. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter.
Bandung: as@-prima pustaka. Hal 25
[5] Susilawati. Karakter religius Pembelajaran IPA. Dalam jurnal
Media Pendidikan FTk UIN SGd Bandung.volume: XXVVII, Nomor 1, 2012/1433
[6] Diantara nilai luhur, KEMENDIKNAS (2010) yan dikutip dalam Hari
Gunawan, 5 kelompok nilai-nllai karakter yang semuanya berjumlah 80 butir, 1)
nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannnya dengan tuhan YME, 2)
nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri, 3)
nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, 4)
nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, 50 nilai-nilai
perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebangsaan. Untuk lebih lanjut dan
rinci, lihat Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter; Konsep dan
Implementasi. Bandung. Alfabeta. Hal 33
[7] Amirulloh Syarbini. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter. Bandung:
as@-prima pustaka. Hal 20
[8] Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasi.
Bandung. Alfabeta. Hal 28
[9] Amirulloh Syarbini. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter.
Bandung: as@-prima pustaka. Hal 23
[10] Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasi.
Bandung. Alfabeta. Hal 30
Best Casino Sites to Bet on Real Money in 2021 - MapYRO
BalasHapusFind the best casino 용인 출장마사지 sites 서산 출장샵 to bet on real money. 포항 출장안마 통영 출장마사지 The following casinos have 논산 출장샵 great slots, table games, and bingo games available to play.